Sabtu, 04 Desember 2010

Allah Turut Bekerja Bagi Mereka Yang Taat KepadaNya

Kebaktian Pendalaman Alkitab membahas tentang Nabi Yunus yang diutus Allah ke Niniwe untuk menobatkan warga Niniwe, tetapi Yunus melarikan diri ke Tarsis yang letaknya jauh dari Niniwe. Namun Allah itu mahakasih, rencana penyelamatan-Nya atas manusia berdosa tidak pernah gagal! Ke mana pun Yunus menghindar, Allah tetap mengejarnya. Meskipun Yunus harus ‘bayar harga’ melalui proses yang menyakitkan secara jasmani – dicampakkan ke laut, ditelan ikan besar, dan berada di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam – justru melalui proses itulah Yunus selamat dan menjadi utusan untuk keselamatan Niniwe.

Jika Allah memanggil kita untuk suatu pelayanan, janganlah kita menghindar karena Allah memiliki banyak cara untuk memperingatkan kita! Jika kita telah mengerti, hendaknya kita segera bertobat agar diselamatkan, walaupun untuk melayani Tuhan terkadang seolah keluar dari api (bdng 1 Kor. 3:15, “Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”).

Renungan kali ini tentang bagaimana Rasul Paulus dan Nabi Silas diutus dan taat kepada pimpinan Allah.

Kisah Rasul 16:6-10

“Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka. Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: ‘Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!’ Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.”

Di sini kita melihat penampilan Allah Tritunggal: (1) Ayat 6: Roh Kudus adalah pribadi Allah; (2) Ayat 7: Roh Yesus adalah pribadi Allah Anak, yang adalah Firman Tuhan; (3)Ayat 9-10: Penglihatan menunjuk pada pribadi Allah Bapa yang adalah kasih.

Tentang penglihatan, kita dapat membandingkan kisah Musa di Keluaran 3 – 4 dengan Kisah Rasul 7:31-36. Musa di gunung Horeb mendapat penglihatan tentang nyala api yang keluar dari semak duri tetapi semak duri tersebut tidak terbakar. Saat itu Musa mendengar suara, “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub …AKU ADALAH AKU…” (Kel. 3:6,14). TUHAN yang begitu mengasihi Israel mengutus Musa menghadap Firaun untuk membawa Israel keluar dari Mesir tetapi Musa menolak dengan alasan takut menghadap Firaun, takut berhadapan dengan Israel, tidak fasih lidah, dan lain sebagainya. Walaupun Allah berjanji akan menyertainya, Musa tetap menolak sehingga bangkitlah murka Tuhan dan akhirnya Musa menurut.

Jadi penglihatan dari Paulus dan Silas bicara tentang penampilan pribadi Allah Bapa yang penuh kasih sehingga pengutusan mereka dilakukan dan dipimpin Allah Tritunggal atau Allah yang Esa.

Zaman sekarang banyak orang dengan mudahnya berkata: “Saya disuruh Roh Kudus mengatakan atau menyuruhmu berbuat ini atau itu…” Waspadalah! Allah adalah Esa! Periksalah Alkitab – Firman Allah – sebab kalau Roh Kudus yang menyuruh pasti cocok dengan apa yang tertulis dalam Alkitab! Jika kita mendengar seseorang berkata bahwa Roh Kudus bersuara kepadanya bahwa tahun, tanggal dan bulan sekian Tuhan akan datang, periksa apakah Firman Tuhan mengatakan tanggal kedatangan-Nya? Tidak ada yang tahu! Jadi ini pasti bukan dari Roh Kudus, karena Allah itu Esa. Jangan cepat percaya walaupun hal itu dikatakan oleh seorang pendeta.

Sebaliknya, jika Allah yang mengutus, lebih baik kita taat dan menyerah, karena Allah yang tahu manusia berasal dari debu tanah akan memberikan kuasa-Nya bekerja di dalam kita. Bagi anggota sidang jemaat yang digerakkan Roh Kudus untuk melayani, janganlah cepat-cepat menolak karena merasa tidak mampu. Hendaknya berdoa lebih dahulu untuk bertanya kepada Tuhan, dengar dan baca apa yang dikatakan Firman Tuhan. Kalau itu dari Tuhan, Dia pasti menyertai bahkan memberi kuasa agar kita berhasil! (bdng Roma 8:28)

Jika kita terpanggil, pastikan itu sesuai dengan rencana Allah, bukan rencana manusia atau ambisi pribadi. Salah satu buktinya, dia mau merendahkan diri dan menyerah untuk dipimpin Allah. Hasilnya, Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagai mereka yang mengasihi-Nya. Namun jika dia menolak panggilan Tuhan, hidupnya tidak akan tenang.

Mengasihi Tuhan berarti taat kepada perintah Tuhan dengan penuh penyerahan! (bdng Yoh. 14:15) Sikap inilah yang menarik hati Tuhan untuk turut bekerja dalam segala sesuatu agar mendatangkan kebaikan bagi orang tersebut. Namun hati-hati, ukuran Tuhan tentang ‘kebaikan’ sering kali bertentangan dengan ukuran manusia yang hanya terbatas pada perkara-perkara lahiriah saja. Ukuran Tuhan selalu mempunyai sasaran kekekalan! Dengan lain kata, Allah turut bekerja sama dengan syarat: (1) Terpanggil sesuai rencana Allah, (2)Taat, sebagai bukti mengasihi Allah, dan (3) Menyerah pada pimpinan Allah untuk kebaikan kita.

Dosa telah menyebabkan manusia diusir dari taman Eden sehingga manusia semakin jauh dari gambar Allah, tetapi Roma 8:29 menjelaskan maksud ‘mendatangkan kebaikan’ bagi kita, yaitu suatu proses penyucian hingga kita menjadi serupa dengan gambaran Anak Allah! Selanjutnya Roma 8:37 membuktikan penyertaan Allah yang Esa bagi kita yang taat kepada panggilan-Nya; Dia turut bekerja sehingga kita menjadi orang yang lebih dari pemenang, artinya pelayanan kita menjadi berkat bagi sesama – horizontal – dan kita sendiri diperkenan Allah – vertikal (1 Kor. 9:27)

Bukti kalau Allah turut bekerja dengan Paulus dan Silas adalah:

1. Paulus dan Silas tiba di Eropa, yaitu Makedonia suatu wilayah jajahan Roma, di dalamnya termasuk Tesalonika, Filipi dan Berea.

2. Wanita bernama Lidia, berprofesi sebagai pedagang kain ungu, dibaptis bersama dengan orang-orang seisi rumahnya.

3. Seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung dan sudah membuat tuannya kaya dari profesi tersebut, dibebaskan dari roh tenung.

Pelayanan Paulus dan Silas berhasil di Filipi karena Allah turut bekerja sehingga mendatangkan kebaikan bagi orang lain, tetapi Allah juga mau mendatangkan kebaikan bagi Paulus dan Silas. Bagaimanakah bentuk ‘kebaikan’ yang diterima Paulus dan Silas?

Kisah Para Rasul 16:19-24 menyatakan: “Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa… berkatalah mereka, katanya: ‘Orang-orang ini mengacau kota kita ini karena mereka orang Yahudi dan mereka mengajarkan adat istiadat yang kita sebagai orang Rum tidak boleh menerimanya atau menurutinya.’ Juga orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka. Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara… kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.”

Paulus dan Silas taat kepada perintah Allah walau secara fisik mereka mengalami hal-hal yang menyakitkan. Kadang seseorang telah lama menjadi anggota gereja tetapi tidak mau meningkatkan rohaninya dengan menahbiskan diri dalam pelayanan karena khawatir terganggu keuangannya jika terus menerus ke gereja atau berpartisipasi untuk menyokong kegiatan-kegiatan gereja. Seyogianya, jika pekerjaan sekuler merosot, introspeksilah apakah pekerjaan tersebut sudah ditangani dengan baik, bukannya mempersalahkan gereja! Kalaupun kita, seizin Tuhan, mengalami hal-hal yang menyakitkan, pastilah itu untuk kebaikan kita, hanya sering kita belum melihat dan mengerti apa rencana Allah dibalik semuanya. Namun percayalah bahwa Firman Allah itu Ya dan Amin, semuanya demi kebaikan kita! (bdng 1 Pet. 2:19-21)

Paulus tetap konsisten melayani walau didera berkali-kali (1 kali = 39 pukulan dan langsung terkena kulit/daging setelah baju dikoyak). Secara manusia ia dianggap bodoh tetapi Paulus dengan rendah hati menerimanya, bahkan bangga mempunyai predikat itu. Paulus adalah hamba Tuhan yang dipakai luar biasa untuk memenangkan banyak jiwa; bahkan tulisannya sudah dikanonkan menjadi Firman Tuhan, menjadi berkat sampai selamanya. Demi kebaikan Paulus, Tuhan mengizinkan pukulan demi pukulan terjadi supaya ‘dagingnya’ tidak bersuara lagi tetapi rohnya menjadi semakin kuat!

Surat 2 Korintus 11:23-27 menuliskan: “Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian...”

Hal tersebut penting dialami Paulus agar dia dapat merasakan keadaan orang lemah untuk dimenangkan. Namun hati-hatilah karena ada orang menggunakan ayat-ayat Alkitab – khususnya 1 Korintus 9:20-23 – untuk membenarkan perbuatannya dalam menuruti hawa nafsu daging. Untuk memenangkan jiwa seorang perampok, perlukah kita menjadi perampok?

Maksud sebenarnya adalah kita dapat merasakan kelemahan orang tersebut dan menolongnya, tetapi tetap menjaga diri supaya tidak ikut tercemar. Teladanilah Yesus (Ibr. 2:18 bdng 2 Kor. 11:29)! Dia berada di tengah-tengah orang berdosa bahkan dijamah wanita yang sudah 12 tahun menderita lelehan darah, tetapi Yesus tidak tercemar, sekalipun Dia cepat merasakan kelemahan orang yang ditolong-Nya!

Yunus yang tidak taat harus menderita fisik karena kesalahannya sendiri, tetapi Paulus yang taat ternyata juga mengalami pukulan demi pukulan. Ini seperti proses pembuatan kandil/pelita emas, yang mana 1 talenta (± 34 kg) emas dipanaskan, dipukul terus-menerus untuk dibentuk menjadi indah dan terangnya menjadi berkat bagi orang lain. Itu sebabnya tepat sekali jika Kisah Para Rasul 16 terkena Pelita Emas dalam susunan Tabernakel.

Pada waktu itu, orang Yahudi atau Filipi yang dijajah tidak ada hak untuk mendapat keadilan. Di lain pihak, Paulus sebagai warga Roma sebenarnya mempunyai hak untuk diadili tetapi dia tidak mempergunakan haknya karena yakin ia disertai Allah yang mengutus demi kebaikannya. Kita akan renungkan proses penyucian yang dialaminya berikut ini:

1. Penjara
Proses yang dahulu secara fisik dialami Paulus, pada zaman sekarang kita alami secara rohani (bdng 1 Pet 3:18-21) yaitu: roh, jiwa, dan pikiran manusia berpusat pada hati. Tuhan sudah menyediakan sarana melalui kematian dan kebangkitan Yesus dan DIA sanggup menjangkau sampai lubuk hati manusia paling dalam. Jangan mendengar Firman Tuhan namun tetap tidak mau taat, tidak bertobat dan lahir baru! Pribadi semacam ini, walau kelihatan rajin ke gereja bahkan melayani, mengasihi Allah hanya sebatas bibir saja tetapi rohnya terpenjara.

Waspadalah juga terhadap penjara dalam gereja! Dalam Lukas 21:10-12, kita melihat bahwa tanda akhir zaman yang sedang terjadi sekarang di dunia secara fisik – juga soal kerohanian – merupakan peringatan bagi manusia. Sekarang marak di gereja disajikan berbagai atraksi dan musik yang tidak berbeda dengan dunia, bahkan Firman Tuhan hanya menyinggung perkara-perkara lahiriah saja. Jika Firman Tuhan melulu dikaitkan dengan hal-hal horizontal, tanpa disadari gereja layaknya seperti penjara. Israel berbangga pada bait Allah yang secara fisik begitu megah, dibangun dari batu indah yang disusun atas batu indah lainnya selama 46 tahun, tetapi dihadapan Tuhan sama seperti penjara yang membuat manusia tetap tertahan di kerajaan dunia dan tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga (Lukas 21:5-6 bdng Yoh. 2:19-22).

Tuhan memberi solusi yaitu gereja harus berani merubah paradigmanya dan kembali menghargai Salib Kristus. Walaupun pengajaran Salib adalah kebodohan bagi dunia, bagi kita yang diselamatkan pengajaran ini merupakan kuasa Allah yang membebaskan manusia dari penjara dunia. Renungkan lebih dalam dua nas berikut:

a. Filipi 3:18-20 – Gereja harus mempunyai sasaran kekekalan! Kita memang mempunyai dwi kewarganegaraan tetapi salah satu harus dilepaskan.

b. Epesus 4:8-10 – Kalau kita tetap dalam penjara dunia, kita akan dibinasakan bersama dunia. Namun salib Kristus merupakan kuasa Allah yang melepaskan kita dari tawanan penjara dunia. Ingatlah bahwa gereja yang sesungguhnya tidak terbatas fisik, itu hanya sarana untuk mencapai gereja sesungguhnya itulah tubuh kita yang adalah bait Allah yang kudus.

2.Belenggu
Secara fisik Paulus dahulu dibelenggu, namun marilah kita merenungkan lebih jauh keadaan tersebut dengan pengalaman Yusuf dan mengambil makna rohaninya (Kej. 37-45 bdng Mzm. 105:18).

Yusuf sejak muda hidup suci, tidak suka dengan perbuatan jahat yang dilakukan oleh saudara-saudaranya. Dia dikasihi ayahnya dan dibuatkan jubah mahaindah. Hidup sucinya tetap dipertahankan walau dia sebagai orang bebas telah dijual oleh saudara-saudaranya kepada orang kafir sehingga menjadi budak yang hanya mempunyai kewajiban tetapi tidak mempunyai hak. Namun Potifar – tuannya – melihat bahwa Yusuf disertai Allah sehingga apa yang diperbuatnya berhasil dan dia diangkat menjadi kuasa atas rumah dan miliknya. Yusuf tetap menjaga kesucian, tidak tergiur oleh hal-hal bersifat duniawi – keinginan mata, daging dan sombong. Dia difitnah, dimasukkan ke penjara, dan dibelenggu tetapi dia tetap taat saat menderita karena kehendak Allah, akhirnya diangkat menjadi kuasa atas Mesir. Yusuf menjadi utusan Tuhan demi memelihara kehidupan Israel dan dunia (Kej 45:5). Mazmur 105:16-22 dengan jelas menyatakan bagaimana Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi Yusuf; dia dijadikan lebih dari pemenang, pribadinya berkenan di hadapan Allah juga menjadi berkat bagi sesama.

3. Berdoa dan memuji Tuhan
Walau Israel sudah dibebaskan dari perbudakan Mesir, mereka memberontak kepada Tuhan saat kehausan dan minta dikembalikan menjadi budak di Mesir. Lain halnya dengan Paulus, sekalipun dalam keadaan fisik sangat menderita, ia masih dapat berdoa dan bernyanyi yang didengar oleh orang-orang hukuman lainnya (Kis. 16:25).

Yesus juga berdoa bahkan sampai tiga kali saat Dia akan menghadapi penangkapan, disiksa, dibelenggu bahkan akhirnya disalibkan sampai mati (isi doa-Nya: Mat. 26:39,42,44 bdng Luk. 22:43-44). Secara manusia, Yesus sebagai utusan Allah minta dibebaskan namun tetap menyerah kepada kehendak Allah. Saat itu Dia secara fisik tidak mampu menghadapi penderitaan sehingga peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah. Namun Allah turut bekerja dengan orang yang taat pada kehendak-Nya, dan seorang malaikat datang memberi kekuatan kepada Yesus.

Demikian pula doa Paulus sehingga Tuhan mengutus malaikat untuk membuka belenggu dan pintu penjara. Paulus tetap sadar bahwa Allah turut bekerja demi kebaikannya sehingga dia tidak lari melainkan menanti pimpinan Roh Kudus selanjutnya.

4. Pintu terbuka
Wahyu 3:7-13 mengungkapkan bahwa jemaat Filadelfia hanya memiliki kekuatan terbatas (= kecil) untuk taat kepada Firman tetapi mau menyerah kepada kehendak Allah, tidak menyangkal nama-Nya, dan tekun menanti kedatangan Tuhan. Alhasil Tuhan melindungi mereka saat menghadapi pencobaan yang akan datang menimpa dunia. Bagi jemaat Filadelfia, Tuhan mengirim malaikat-Nya; demikian pula kepada Yesus dan Paulus pada waktu itu. Pintu memang dibuka dan ada jalan keluar bagi mereka yang taat akan Firman Allah. Namun fakta-fakta tersebut masih bersifat jasmani.

Bagi kita – semua orang percaya – masih ada sasaran akhir yang akan kita capai. Kelak, seperti tercantum dalam Wahyu 4:1-2, pintu Surga terbuka bagi Paulus dan kita semua. Inilah yang dimaksud kebaikan bagi kita, yaitu sasaran kekekalan. Kita tidak ada kemampuan sedikit pun untuk sampai ke sana. Itu sebabnya Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk keselamatan kita maupun pelayanan kita bagi keselamatan orang lain. Paulus tetap menjadi terang bagi sesama sehingga kepala penjara dan keluarga menjadi sangat bahagia karena percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Amin!

Tidak ada komentar: