Sabtu, 04 Desember 2010

Bahaya Sebuah Kesuksesan

Kemenangan kemarin tidak memberikan jaminan kesuksesan besok. Kemenangan Napoleon yang terus-menerus akhirnya dihentikan di Waterloo; kesuksesan Hitler menyerang ke Timur dihentikan di Stalingrad; para juara olahraga tahu betul kemenangan yang bertubi-tubi akan ada akhirnya; bahkan salesman paling sukses pun tahu suatu hari dia tidak bisa menjual produknya sama sekali.

Sering kali suasana kemenangan bertubi-tubi memberikan kontribusi kepada faktor yang menuntun kepada kekalahan. Kepercayaan diri sepantasnya telah berkembang menjadi kesombongan, penghargaan yang sehat atas jabatan mengeras menjadi perpecahan dan persiapan yang hati-hati berbalik menjadi sikap tidak peduli dan sembarangan.

Yosua, Jendral yang sedang naik daun, tahu akan hal ini. Pasukannya sudah merasakan kehebatan akan kemenangan yang cukup panjang. Itu sebabnya di akhir hidupnya, Yosua mengingatkan para pemimpin Israel, “Bukankah TUHAN telah menghalau bangsa-bangsa besar dan kuat dari depanmu…” (23:9). Bahkan lebih jelas disebutkan di ayat 10, “…TUHAN, Allahmu, Dialah yang berperang bagi kamu…”.

Sepertinya tidak masuk akal bahwa kemenangan Israel yang begitu spektakuler tidak membuat mereka sadar bahwa semuanya itu merupakan pekerjaan Tuhan, membuat mereka tidak bergantung kepada kuasa ilahi di dalam kehidupan mereka.

Memang tentara yang penuh kemenangan dapat menjadi tidak hati-hati dan tim yang selalu menang lupa akan siapa yang membawa mereka kepada kesuksesan, tidak terkecuali Israel. Itu sebabnya Yosua menekankan, “..demi nyawamu, bertekunlah mengasihi TUHAN, Allahmu.” (23:11).

Kemenangan suatu pertempuran adalah satu hal tetapi menjaga kedamaian sama sekali merupakan hal lain. Sekalipun demikian prinsip untuk percaya, taat, dan mengasihi Tuhan berlaku bagi dua-duanya.

Pandangan Yosua yang jauh ke depan tentang kemenangan Israel membuat mereka tersungkur. Yoshua sadar bahwa masih ada musuh yang belum dikalahkan di antara mereka yang sangat ingin melihat kemenangan Israel berakhir. Dia mengingatkan kemungkinan yang tidak terpikirkan yaitu, “…mereka akan menjadi perangkap dan jerat bagimu, menjadi cambuk pada lambungmu dan duri di matamu,…” (23:13).

Yosua tidak meramalkan bahwa kemenangan tentara Israel akan mendadak menjadi ketidakmampuan atau para pemimpin yang begitu berpengalaman secara misterius kehilangan kemampuan strateginya. Sebenarnya dia ingin mengatakan sesuatu yang jauh lebih serius. Dia melihat jika para tentara meninggalkan Tuhan dan menjadi begitu yakin akan diri sendiri yang membuat mereka tidak lagi mengasihi dan menghormati TUHAN, mereka sebenarnya mulai berkompromi dan terperosok ke dalam ketidaktaatan yang menuju kepada kehancuran. Tanpa disadari kemenangan yang mereka raih ‘kemarin’ menjadi kekalahan esoknya.

Itu sebabnya mengertilah akan bahaya kesuksesan yang membawa kehancuran.

Oleh: Pdt. Dr. Harry Sudarma

Tidak ada komentar: